Selasa, 14 Mei 2013

Morfologi Bahasa Arab



MORFOLOGI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Lughah Al-‘Aam
Dosen pembimbing     : Siti Uriana Rahmawati, M.Ag
 
Kelompok 5 :
Ratih Nurafriani
Fahmi Yazid
Layla Riskina



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012


BAB I
PENDAHULUAN

Tata bahasa merupakan istilah lain dari gramatika (grammar) atau dalam bahasa Arab disebut nahwu-sharaf. Tata bahasa merupakan deskripsi dari aturan-aturan yang berlaku pada setiap bahasa. Brown (1987: 341) berpendapat bahwa tata bahasa adalah suatu sistem aturan yang mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional kata-kata dalam suatu kalimat. Berdasarkan pengertian tersebut, tata bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tata kata dan (2) tata kalimat. Dalam bahasa Arab ilmu yang membahas tata kata disebut dengan ‘ilm sharf (morphopogy). Sedangkan tata kalimat dalam bahasa Arab dikaji dalam ‘ilm nahwu (sintax).

Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang membahas mengenai perubahan kata. Dalam bahasa Arab, morfologi merupakan ‘ilm al-sharf, dimana di dalamnya banyak membahas tentang perubahan-perubahan kata dari satu kata menjadi sejumlah kata yang mempunyai arti tersendiri. Dalam kajian morfologi, terdapat poin-poin yang menjelaskan lebih rinci tentang morfologi itu sendiri, seperti objek kajian morfologi, proses morfologi, hubungan morfologi dengan ilmu-ilmu tata bahasa lainnya, serta morfologi dalam bahasa Arab itu sendiri.
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Morfologi
Morfologi (atau tata bentuk, Inggris Morphology) adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, J.W.M., 1983: 52). Ramlan (1983: 16-17) mengemukakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata; atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsinya perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.[1]  Pendapat lain mengemukakan Morfologi adalah ilmu yang mempelajari morfem, dan morfem itu adalah unsur bahasa yang mempunyai makna dan ikut mendukung makna[2].

B.   Proses Morfologik
Proses morfologik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Ada tiga proses morfologik dalam bahasa, diantaranya:
1.    Proses pembubuhan afiks
Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks[3] pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Contoh: memanas, merendang, tercantik, bersuara, dll.
2.    Proses pengulangan
Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan perubahan bunyi ataupun tidak. Contoh: rumah-rumah, biji-bijian, bolak-balik, dll.
3.    Proses pemajemukan
Proses pemajemukan adalah gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Contoh: tenaga kerja, medan tempur, gelap gulita, pejabat tinggi, dll.[4]

Pendapat lain mengatakan, proses morfologis yang umumnya tercatat dan berlangsung dalam hampir setiap bahasa dapat dibedakan atas :
1.    Proses Afiksasi
2.    Proses pergantian
Proses pergantian kadangkala disebut pula dengan perubahan Dakhil (Internal Change. Sebuah morfem dasar bebas dapat mengalami perubahan dalam tubuhnya sendiri dengan adanya pergantian salah satu unsur fonemnya baik konsonan, vokal, maupun ciri-ciri suprasegmental (nada, tekanan, durasi, dan sendi).
Contoh : pemuda – pemudi, mahasiswa – mahasiswi, dll.
3.    Proses duplikasi
4.    Proses kosong
Bentuk-bentuk yang tidak mengalami proses, contoh seperti dalam bahasa Inggris, untuk mengetahui kata tersebut bermakna jamak biasanya diakhiri dengan –s, contoh  book – books,. Tetapi ada morfem yang tidak mengalami proses itu seperti pada kata sheep – sheep.[5]

C.   Objek Kajian Morfologi
Objek kajian morfologi adalah tentang Morfem dan Kata.

1.    Morfem
Morfem adalah morfem juga berarti satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.[6]
Klasifikasi morfem :
a.      Morfem tunggal dan kompleks
Satuan sepatu bila dibandingkan dengan bersepatu, bersepatu hitam, ia membeli sepatu dari toko, ternyata ada perbedaannya. Satuan sepatu tidak mempunyai satuan yang lebih kecil, sedangkan bersepatu terdiri dari satuan ber- dan sepatu. Bersepatu hitam terdiri dari satuan ber-, sepatu, hitam. Satuan ber-, sepatu, hitam masing-masing merupakan morfem tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepatu, bersepatu hitam merupakan morfem kompleks.
b.      Morfem bebas dan terikat
Morfem dapat digolongkan menurut kemungkinannya berdiri sendiri sebagai kata, bahkan sebagai kalimat jawaban atau perintah, juga ada morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Dengan kata lain, dalam tuturan biasa satuan-satuan gramatik itu ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada satuan yang lain.

2.      Kata
Kata adalah satuan bebas yang terkecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Kata terdiri dari dua satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu atau beberapa suku kata, dan suku kata itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik, kata ada yang terdiri dari satu morfem dan ada juga kata yang terdiri dari beberapa morfem.[7]

D.   Hubungan Morfologi dengan Leksikologi, Etimologi dan Sintaksis[8]
1.    Morfologi dan Leksikologi
Leksikologi adalah cabang linguistik yang memperlajari leksikon. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.
Jika morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, sedangkan leksikologi mempelajari seluk-beluk kata, yaitu perbendaharaan kata, pemakaian kata serta artinya seperti dipakai masyarakat pemakai bahasa.
Ada persamaan antara leksikologi dengan morfologi, yaitu mempelajari masalah arti, namun terdapat perbedaan diantara keduanya itu. Perbedaan tersebut adalah.
a.    Leksikologi mempelajari arti kata yang terkandung dalam kata (arti leksikal). Contoh:
(1)     Kata senjata berarti ‘alat yang dipakai untuk berperang dan berkelahi’
(2)     Kata bersenjata berarti ‘memakai senjata’
Kedua kata tersebut masing-masing memiliki arti leksikal.
b.    Morfologi mempelajari arti kata yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (arti gramatikal).  Dalam morfologi, yang dibicarakan adalah perubahan bentuknya dari senjata menjadi bersenjata, perubahan golongannya dari kata nominal menjadi kata verbal, dan perubahan artinya yang timbul akibat melekatnya afiks ber- pada bersenjata, adalah timbul makna ‘mempunyai’ atau ‘memakai, mempergunakan’.

2.    Morfologi dan Etimologi
Etimologi adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki perubahan dan perkembangan bentuk kata. Dalam perkembangannya, perubahan bentuk kata dapat dibedakan atas:
a.    Perubahan bentuk kata dari perbendaharaan kata-kata asli suatu bahasa akibat pertumbuhan dalam bahasa sendiri, misalnya kamu, engkau, anda, dsb.
b.    Perubahan bentuk kata dari kata-kata pinjaman, misalnya:
Taubat (arab)            : tobat
Parameswari (skt)    : permaesuri
Lamp (ing)                : lampu
Eksamen                   : samen



3.    Morfologi dan Sintaksis
Sintaksis merupakan penguasaan atas suatu bagasa yang mencakup kemampuan untuk membangun frase atau kalimat yang berasal dari kata.  Sintaksis bersama-sama dengan morfologi merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika.
Morfologi menyelidiki struktur intern kata. Satuan yang paling kecil (morfem) hingga satuan yang paling besar (kata). Sedangkan sistaksis menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frase hingga kalimat. Contoh: mata kaki, rumah sakit, dst. Jika dilihat dari unsur-unsurnya yang berupa kata atau pokok kata, kata majemuk seperti kata-kata tersebut termasuk bidang sintaksis, tetapi jika dilihat bahwa satuan-satuan itu mempunyai sifat sebagai kata maka pembacaraannya termasuk morfologi.

E.    Ilmu Sharaf (Morfologi Bahasa Arab)
Menurut al-Ghalayayni (1987: 9) ‘ilm al-sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar pembentukan kata, termasuk di dalamnya imbuhan.[9]  Sharaf memberikan aturan pemakaian masing-masing kata dari segi bentuknya yang dikenal dengan Morfologi. Dengan kata lain bahwa sharaf memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum digabung atau dirangkai dengan kata-kata yang lain.
Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya sangat beragam dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrif isytiqaqy) maupun dengan cara infleksi (tashrif i’raby). Dengan dua cara tersebut, bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata.
Bahasa Arab dari segi pengembangan makna gramatikal ditandai dengan Isytiqaq, yang menjadikan kata-kata Arab berubah secara elastis dalam kata itu sendiri. Dari satu kata عَلِمَ  dan عِلْم umpamanya, dapat dikembangkan menjadi jumlah kata sepertia pada kolom dibawah ini.

الاندونيسية
العربية

الاندونيسية
العربية
Tahu, mengetahui
Mengajar
Memberi informasi
Meminta informasi
Ilmu-ilmu
عَلِم
عَلَّم
أَعْلَمَ
اسْتَعْلَمَ
عُلُوم
Tahu, pengetahuan
Orang pandai
Maha Mengetahui
Yang luas ilmunya
Diketaui
عِلم
عالم
عليم
علاّم
معلوم

Bahasa Arab termasuk bahasa yang infleksi, pengembangan makna gramatikal dilakukan dengan cara mengembangkan satu bentuk menjadi sejumlah bentuk untuk menunjukan variasi makna yang berbeda. Lain halnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, yang dalam pengembangan makna gramatikalnya banyak mengandalkan proses afiksasi (awalan, akhiran, sisipan), dan reduplikasi (pengulangan), seperti pada tabel di atas. Dari perbandingan itu tampak bahasa Arab lebih ajeg (qiyasi) dalam pemahaman makna, dan lebih simpel bentuk pengembangannya (ijaz), karena perubahan terjadi secara internal, tidak perlu banyak mengandalkan afiksasi atau reduplikasi.[10]

F.    Pokok Pembahasan Morfologi Bahasa Arab (Tashrif al-Ishthilahiy)
Cakupan yang dibahas dalam morfologi bahasa Arab biasanya terkait dengan bentuk dan perubahan bentuk fi’il madhi, fi’il mudhari, mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim makan, isim alat, dst.
Contoh Tahsrif al-Ishthilahiy :
اسم الالة
اسم المكان
اسم الزمان
فعل النهى
فعل الامر
اسم المفعول
اسم الفاعل
مصدر
فعل المضارى
فعل الماضى
منصر
منصر
منصر
لاتنصر
انصر
منصور
ناصر
نصرا
ينصر
نصر

مكرم
مكرم
لاتكرم
اكرم
مكرم
مكرم
اكراما
يكرم
اكرم

مكتسب
مكتسب
لاتكتسب
اكتسب
مكتسب
مكتسب
اكتسابا
يكتسب
اكتسب

مستغفر
مستغفر
لاتستغفر
استغفر
مستغفر
مستغفر
استغفارا
يستغفر
استغفر



 
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa morfologi merupakan bagian dari linguistik, yang membahas tentang perubahan-perubahan kata secara gramatikal. Materi yang dibahas dalam morfologi diantanya tentang perubahan bentuk dalam kata seperti fi’il madi, fi’il mudhari, dan sebagainya.
Terdapat hubungan antara lorfologi dengan ilmu-ilmu tata bahasa lainnya seperti leksikologi, etimologi dan sintaksis. Diantara ilmu-ilmu tata bahasa tersebut terdapat persamaan dan perbedaan juga karakteristik masing-masing.





DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin. 2011. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ Jakarta.
Parera, Jos Faniel. 1977. Pengantar Linguistik Umum: Bidang Morfologi. Ende: Penerbit Nusa Indah.
Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI Press.



[1] Dra. Novi Resmini, M.Pd. dkk., KEBAHASAAN (Fonologi, Morfologi, dan Semantik), UPI PRESS, hlm. 97.
[2] Prof. Dr. Hj. Fatimah Djajasudarma, METODE LINGUISTIK, Reflika ADITAMA, hlm. 35.
[3] Afiks adalah suatu satuan gramarik terikat yang yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
[4] Dra. Novi Resmini, M.Pd. dkk., hlm. 189-209.
[5] Jos Daniel Parera, Pengantar Linguistik Umum: Bidang Morfologi, Nusa Indah, Hlm. 25-27.
[6] Dra, Novi Resmini, M.Pd. dkk., hlm. 118.
[7] Ibid.
[8] Dra. Novi Resmini, M.Pd., dkk., hlm. 104-108.
[9] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Erta Mahyudin, Lc., S.S., M.Pd.I., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, Lembaga Bahasa Yassarna YBMQ Jakarta, hlm. 55.
[10] Ibid., hlm. 17-18.